Total Tayangan Halaman

Kamis, 20 Desember 2012

kegelisahan pada usia remaja



Kegelisahan Pada Usia Remaja

            Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang artinya tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidar sabar dan cemas. Jadi kegelisahan adalah hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
            Kegelisahan biasanya ditandai atau dapat diketahui melalui tingkah laku dan mimik wajah dari seseorang yang sedang mengalami  keelisahan, contohnya mondar-mandir, tidak bisa diam, wajahnya murung tidak bersemangat .
Kecemasan dapat terjadi akibat tidak tercapainya apa yang dia inginkan atau apa yang ia inginkan tidak sesuai harapan.
Menurut Sigmud Freud yaitu tokoh psikoanlisa, kecemasan dibagi menjadi 3, yaitu kecemasan objektif, kecemasan neorotik, dan kecemasan moril
·         Kecemasan Objektif
Yaitu suatu pengalaman perasaan sebagai akibata pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar.
·         Kecemasan Neorotis
Kecemasan ini akibat pengamatan tentang bahaya dari naluriah.
·         Kecemasan Moril
Kecemasan ini disebabkan karena pribadi seseorang.
Setiap manusia pasti pernah mengalami kegelisahan terutama remaja, yang disebut remaja adalah manusia yang berusia 13-19 tahun. Pada umumnya remaja yang paling sering mengalami kegelisahan karena pada usia ini mereka masih belum cukup dapat berpikir dewasa dan masih dalam masa mencari jati diri.



Bentuk-bentuk kegelisahan remaja dapat berbentuk keterasingan dan kesepian
·         Keterasingan
Terasing pada dasarnya dapat didefinisikan sebagi bentuk kehilangan eksistensi diri yang disebabkan tidak adanya pengakuan tentang keberadaan kita “secara hakikat” atau dengan kata lain merasa tersisihkan dan termarjinalkan oleh diri sendiri dan orang lain dalam pergaulan atau mayarakat. Keterasingan disebabkan oleh dua faktor, yaitu (1) Faktor intern, atau fakor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti merasa berbeda dengan orang lain, rendah diri dan bersikap apatis dengan lingkungan. (2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri. Faktor ini pun bias bersumber pad afaktor yang pertama.

·         Kesepian
Aplikasi dan perwujudan dari terasing adalah kesepian. Jika seseorang sudah merasa diasingkan maka orang tersebut akan mengalami kesepian dalam diri dan lingkunga sehingga merasa sepia tau kesepian. Jika hal ini terus dibiarkan maka orang tersebut akan kehilangan unsur dan karakter unik dalam dirinya senhingga dia pun sulit untuk mengenali dirinya.
Bila ini tidak segera diatasi akan berdampak buruk pada diri remaja tersebut. Sehingga para remaja ini memustuskan untuk menyendiri dan tidak berinteraksi kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya yang dalam jangka waktu kedepannya akan mengakibatkan para remaja ini menjadi ansos (anti sosial).

Contohnya adalah ketika seorang remaja yang dianggap mempunyai kelakuan atau sikap yang aneh, otomatis ia akan dijauhi oleh teman-temannya, dan pada saat itulah remaja tersebut merasa terasingkan dan membuatnya merasa kesepian sehingga akibatnya ia menjadi ansos (anti sosial) karena ia merasa takut dengan dunia luar, rasa takut disini maksudnya adalah takut bertemu orang-orang yang menjauhinya dan takut tidak bisa diterima oleh orang-orang.

            Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mengatasi kegelisahannya tersebut, antara lain :
·         Berpikir positif
Dengan berpikir positif  kita kan merasa lebih tenang, misalnya kita berpikir bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan pasti ada hikmah dibalik semua masalah

·          Introspeksi diri
Kita bisa mengintrospeksi diri kita mengapa masalah tersebut dapat terjadi pada kita dan bagaimana sebaiknya kita menghadapi masalah tersebut.

·         Membuka diri
Dengan membuka diri kita dapat melihat sisi lain masalah yang kita hadapi

·         Diskusikan dengan orang yang tepat
Carilah orang yang mungkin saja punya pendapat dan jalan pikiran yang beda. Perbedaan itu membuat otak berpikir kritis dalam membaca persoalan, sehingga sedikit demi sedikit diperoleh gambaran yang obyektif akan apa yang sebenarnya terjadi. Cara ini membantu menentukan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.











Sumber :
Buku digital ilmu budaya dasar Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar