Kegelisahan Pada Usia Remaja
Kegelisahan berasal dari kata
gelisah, yang artinya tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak
tenang, tidar sabar dan cemas. Jadi kegelisahan adalah hal yang menggambarkan
seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang
dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan biasanya ditandai atau
dapat diketahui melalui tingkah laku dan mimik wajah dari seseorang yang sedang
mengalami keelisahan, contohnya mondar-mandir,
tidak bisa diam, wajahnya murung tidak bersemangat .
Kecemasan
dapat terjadi akibat tidak tercapainya apa yang dia inginkan atau apa yang ia
inginkan tidak sesuai harapan.
Menurut
Sigmud Freud yaitu tokoh psikoanlisa, kecemasan dibagi menjadi 3, yaitu
kecemasan objektif, kecemasan neorotik, dan kecemasan moril
·
Kecemasan Objektif
Yaitu
suatu pengalaman perasaan sebagai akibata pengamatan atau suatu bahaya dalam
dunia luar.
·
Kecemasan Neorotis
Kecemasan
ini akibat pengamatan tentang bahaya dari naluriah.
·
Kecemasan Moril
Kecemasan
ini disebabkan karena pribadi seseorang.
Setiap
manusia pasti pernah mengalami kegelisahan terutama remaja, yang disebut remaja
adalah manusia yang berusia 13-19 tahun. Pada umumnya remaja yang paling sering
mengalami kegelisahan karena pada usia ini mereka masih belum cukup dapat
berpikir dewasa dan masih dalam masa mencari jati diri.
Bentuk-bentuk
kegelisahan remaja dapat berbentuk keterasingan dan kesepian
·
Keterasingan
Terasing pada dasarnya
dapat didefinisikan sebagi bentuk kehilangan eksistensi diri yang disebabkan tidak
adanya pengakuan tentang keberadaan kita “secara hakikat” atau dengan kata lain
merasa tersisihkan dan termarjinalkan oleh diri sendiri dan orang lain dalam
pergaulan atau mayarakat. Keterasingan disebabkan oleh dua faktor, yaitu (1)
Faktor intern, atau fakor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti merasa
berbeda dengan orang lain, rendah diri dan bersikap apatis dengan lingkungan.
(2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri. Faktor ini pun
bias bersumber pad afaktor yang pertama.
·
Kesepian
Aplikasi dan perwujudan
dari terasing adalah kesepian. Jika seseorang sudah merasa diasingkan maka
orang tersebut akan mengalami kesepian dalam diri dan lingkunga sehingga merasa
sepia tau kesepian. Jika hal ini terus dibiarkan maka orang tersebut akan
kehilangan unsur dan karakter unik dalam dirinya senhingga dia pun sulit untuk
mengenali dirinya.
Bila ini tidak segera
diatasi akan berdampak buruk pada diri remaja tersebut. Sehingga para remaja
ini memustuskan untuk menyendiri dan tidak berinteraksi kepada orang-orang yang
ada di sekelilingnya yang dalam jangka waktu kedepannya akan mengakibatkan para
remaja ini menjadi ansos (anti sosial).
Contohnya adalah ketika seorang
remaja yang dianggap mempunyai kelakuan atau sikap yang aneh, otomatis ia akan
dijauhi oleh teman-temannya, dan pada saat itulah remaja tersebut merasa
terasingkan dan membuatnya merasa kesepian sehingga akibatnya ia menjadi ansos
(anti sosial) karena ia merasa takut dengan dunia luar, rasa takut disini
maksudnya adalah takut bertemu orang-orang yang menjauhinya dan takut tidak
bisa diterima oleh orang-orang.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
seseorang untuk mengatasi kegelisahannya tersebut, antara lain :
·
Berpikir positif
Dengan berpikir positif kita kan merasa lebih tenang, misalnya kita
berpikir bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan pasti ada hikmah
dibalik semua masalah
·
Introspeksi diri
Kita bisa
mengintrospeksi diri kita mengapa masalah tersebut dapat terjadi pada kita dan
bagaimana sebaiknya kita menghadapi masalah tersebut.
·
Membuka diri
Dengan
membuka diri kita dapat melihat sisi lain masalah yang kita hadapi
·
Diskusikan dengan orang yang
tepat
Carilah orang yang mungkin saja punya pendapat dan jalan pikiran yang
beda. Perbedaan itu membuat otak berpikir kritis dalam membaca persoalan,
sehingga sedikit demi sedikit diperoleh gambaran yang obyektif akan apa yang
sebenarnya terjadi. Cara ini membantu menentukan tindakan apa yang sebaiknya
dilakukan.
Sumber :
Buku
digital ilmu budaya dasar Gunadarma