Manusia dan Budaya
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan
sangat erat kaitannya dengan manusia atau masyarakat , karena pelaku dari
kebudayaan itu sendiri adalah masyarakat dan setelah kebudayaan itu dibuat maka
masyarakat diatur oleh kebudayaan itu sendiri , jadi sebenarnya masyarakat dan
kebudayaan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Sebagai
contohnya yaitu suku suku yang ada Indonesia , setiap suku di Indonesia pasti
mempunyai kebudayaan masing masing. Sebagai contohnya adalah suku Bajo di
Wakatobi dan suku Badui Dalam di Banten . Sebelum menetap, suku Bajo seperti sebutannya
‘manusia perahu’ adalah kumpulan manusia yang hidup di atas perahu. Kebudayaan
seperti ini diturunkan oleh leluhur suku Bajo. Diatas lautlah mereka bertahan
hidup dan menyambung hidup. Oleh karena itu suku Bajo selalu berpindah-pindah
dalam hidupnya atau nomaden. Setelah memanfaatkan suatu daerah, maka mereka
akan berpindah ke tempat baru untuk mencari sesuatu yang dapat dimanfaatkan
untuk kehidupan mereka
Bagi
suku Bajo, Laut adalah sebuah masa lalu, kekinian dan harapan masa mendatang.
Laut adalah segalanya, laut adalah kehidupanya, laut adalah ombok lao, atau
raja laut. Sehingga filosofi tersebut berakibat pada penggolongan manusia dalam
suku Bajo. suku Bajo, dalam menempatkan orang membaginya ke dalam dua kelompok,
yaitu Sama‘ dan Bagai. Sama‘ adalah sebutan bagi mereka yang masih termasuk ke
dalam suku Bajo sementara Bagai adalah suku di luar Bajo. Penggolongan tersebut
telah memperlihatkan kehati-hatian dari suku Bajo untuk menerima orang baru.
Mereka tidak mudah percaya sama pendatang baru.
Suku
Bajo, memiliki keyakinan penuh atas sebuah ungkapan, bahwa Tuhan telah
memberikan bumi dengan segala isinya untuk manusia. Keyakinan tersebut tertuang
dalam satu Falsafah hidup masyarakat Bajo yaitu, ‘Papu Manak Ita Lino Bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna mangelolana‘ ,yang artinya Tuhan
telah memberikan dunia ini dengan segala isinya, kita sebagai manusia yang
memikirkan bagaimana cara memperoleh dan mempergunakannya. Sehingga laut dan
hasilnya merupakan tempat meniti kehidupan dan mempertahankan diri sambil terus
mewariskan budaya leluhur suku Bajo.
Dalam
suku Bajo, laki-laki atau pria biasa dipanggil dengan sebutan Lilla dan
perempuan dengan sebutan Dinda.
Sedangkan
suku Badui di Banten , mereka hidup dalam kesederhanaan dan di tempat yang bisa
dibilang pedalaman sekali tanpa adanya kemewahan , masyarakat suku badui tidak
mempunyi alat transportasi , jika mereka ingin berpergian mereka hanya berjalan
kaki. Dan ketika hari semakin sore dan gelap mereka hanya mempergunakan lilin atau
lampu api untuk penerangan mereka dimalam hari
Suku
badui itu tidak mengenal alat komunikasi yang canggih, karena mereka tidak
bergantungan dengan alat tersebut, karena itu ketentuan dar adat istiadat. Suku
badui menganut aliran yang mereka percaya yaitu Sunda Wiwitan, warga Badui
Dalam percaya dengan Sang Hyang Tunggal,
memuja arwah nenek moyang, dan memegang erat ketentuan dalam keseharian.
Masyarakat
badui tidak ada yang mengenyam pendidikan atau sekolah seperti orang biasa
karena bagi mereka jika mereka sekolah lama kelamaan merka akan mengikuti jaman
yang serba modern dan akan bergantung pada kemewahan tersebut
Keindahan
alam bagi mereka sudah sangat cukup tanpa bergantung dengan benda- benda yang
canggih seperti sekarang. Keindahan alam tempat tinggal para suku badui itu
keindahan nya sangat terjaga.
Bagi
mereka menggunakan seperti pasta gigi,sabun mandi dan lain lainya , itu hanya
dapat mencemarkan keindahan alam disekitarnya. Seperti contohnya banyaknya
sampah-sampah bekas bungkus yang sudah manusia pakai lalu sampah banyak-
kebanyakan akan menumupuk dan ada yang susah dimusnahkan.
Pakaian
yang mereka kenakan berwarna serupa paduan hitam dan putih. Kaum lelaki dan
perempuan sama-sama memakai rok lilit
hitam. Hanya panjangnya yang berbeda, laki-laki diatas lutut, perempuan
sebetis. Baju mereka disebut jamang, berwarna hitam, putih, atau kombinasi. Semua lelaki memakai ikat kepala
putih, ciri khas pembeda suku Badui Dalam dengan Badui Luar. Di pinggang setiap
lelaki termasuk anak laki-laki terselip golok. Senjata ini menjadi senjata
wajib untuk dalam keseharian baik di
ladang, di rumah, atau bepergian.
Rumah
masyarakat badui tidak berjendela , hanya punya dua ruangan dan ada tungku yang
dilapisi tanah liat didalam rumah mereka
Masyarakat
Badui yang melanggar atau tak bisa menjalankan aturan adat, akan diusir dari
kampungnya.
Mereka
hanya memakan apa yang tersedia di alam dan hasil ladang seperti beras,
sayuran, pisang, madu hutan, jambu, dan kelapa Kegiatan sehari-hari warga atau
masyarakat yang tinggal di suku badui yaitu kegiatan kerajinan tangan ada kain
tenun lilit, baju jamang bersulam, syal, gantungan kunci, tas kulit pohon, dan
madu hutan.
Itulah beberapa kebudayaan yang erat kaitannya dengan
manusia atau masyarakat , tanpa adanya
masyarakat , kebudayaan tidak akan berjalan . Jadi tidak akan ada kebudayaan
tanpa manusia . Kebudayaan pun tidak akan berjalan tanpa adanya manusia
Ajrin Syarafina
10512529
1PA02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar