Total Tayangan Halaman

Senin, 29 Oktober 2012

manusia dan budaya



Manusia dan Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan manusia atau masyarakat , karena pelaku dari kebudayaan itu sendiri adalah masyarakat dan setelah kebudayaan itu dibuat maka masyarakat diatur oleh kebudayaan itu sendiri , jadi sebenarnya masyarakat dan kebudayaan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Sebagai contohnya yaitu suku suku yang ada Indonesia , setiap suku di Indonesia pasti mempunyai kebudayaan masing masing. Sebagai contohnya adalah suku Bajo di Wakatobi dan suku Badui Dalam di Banten . Sebelum menetap, suku Bajo seperti sebutannya ‘manusia perahu’ adalah kumpulan manusia yang hidup di atas perahu. Kebudayaan seperti ini diturunkan oleh leluhur suku Bajo. Diatas lautlah mereka bertahan hidup dan menyambung hidup. Oleh karena itu suku Bajo selalu berpindah-pindah dalam hidupnya atau nomaden. Setelah memanfaatkan suatu daerah, maka mereka akan berpindah ke tempat baru untuk mencari sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan mereka
Bagi suku Bajo, Laut adalah sebuah masa lalu, kekinian dan harapan masa mendatang. Laut adalah segalanya, laut adalah kehidupanya, laut adalah ombok lao, atau raja laut. Sehingga filosofi tersebut berakibat pada penggolongan manusia dalam suku Bajo. suku Bajo, dalam menempatkan orang membaginya ke dalam dua kelompok, yaitu Sama‘ dan Bagai. Sama‘ adalah sebutan bagi mereka yang masih termasuk ke dalam suku Bajo sementara Bagai adalah suku di luar Bajo. Penggolongan tersebut telah memperlihatkan kehati-hatian dari suku Bajo untuk menerima orang baru. Mereka tidak mudah percaya sama pendatang baru.
Suku Bajo, memiliki keyakinan penuh atas sebuah ungkapan, bahwa Tuhan telah memberikan bumi dengan segala isinya untuk manusia. Keyakinan tersebut tertuang dalam satu Falsafah hidup masyarakat Bajo yaitu, ‘Papu Manak Ita Lino Bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna mangelolana‘ ,yang artinya Tuhan telah memberikan dunia ini dengan segala isinya, kita sebagai manusia yang memikirkan bagaimana cara memperoleh dan mempergunakannya. Sehingga laut dan hasilnya merupakan tempat meniti kehidupan dan mempertahankan diri sambil terus mewariskan budaya leluhur suku Bajo.
Dalam suku Bajo, laki-laki atau pria biasa dipanggil dengan sebutan Lilla dan perempuan dengan sebutan Dinda.
Sedangkan suku Badui di Banten , mereka hidup dalam kesederhanaan dan di tempat yang bisa dibilang pedalaman sekali tanpa adanya kemewahan , masyarakat suku badui tidak mempunyi alat transportasi , jika mereka ingin berpergian mereka hanya berjalan kaki. Dan ketika hari semakin sore dan gelap mereka hanya mempergunakan lilin atau lampu api untuk penerangan mereka dimalam hari 
Suku badui itu tidak mengenal alat komunikasi yang canggih, karena mereka tidak bergantungan dengan alat tersebut, karena itu ketentuan dar adat istiadat. Suku badui menganut aliran yang mereka percaya yaitu Sunda Wiwitan, warga Badui Dalam  percaya dengan Sang Hyang Tunggal, memuja arwah nenek moyang, dan memegang erat ketentuan dalam keseharian.
Masyarakat badui tidak ada yang mengenyam pendidikan atau sekolah seperti orang biasa karena bagi mereka jika mereka sekolah lama kelamaan merka akan mengikuti jaman yang serba modern dan akan bergantung pada kemewahan tersebut 
Keindahan alam bagi mereka sudah sangat cukup tanpa bergantung dengan benda- benda yang canggih seperti sekarang. Keindahan alam tempat tinggal para suku badui itu keindahan nya sangat terjaga.
Bagi mereka menggunakan seperti pasta gigi,sabun mandi dan lain lainya , itu hanya dapat mencemarkan keindahan alam disekitarnya. Seperti contohnya banyaknya sampah-sampah bekas bungkus yang sudah manusia pakai lalu sampah banyak- kebanyakan akan menumupuk dan ada yang susah dimusnahkan.
Pakaian yang mereka kenakan berwarna serupa paduan hitam dan putih. Kaum lelaki dan perempuan sama-sama memakai rok lilit  hitam. Hanya panjangnya yang berbeda, laki-laki diatas lutut, perempuan sebetis. Baju mereka disebut jamang, berwarna hitam, putih, atau  kombinasi. Semua lelaki memakai ikat kepala putih, ciri khas pembeda suku Badui Dalam dengan Badui Luar. Di pinggang setiap lelaki termasuk anak laki-laki terselip golok. Senjata ini menjadi senjata wajib  untuk dalam keseharian baik di ladang, di rumah, atau bepergian.
Rumah masyarakat badui tidak berjendela , hanya punya dua ruangan dan ada tungku yang dilapisi tanah liat didalam rumah mereka  
Masyarakat Badui yang melanggar atau tak bisa menjalankan aturan adat, akan diusir dari kampungnya.
Mereka hanya memakan apa yang tersedia di alam dan hasil ladang seperti beras, sayuran, pisang, madu hutan, jambu, dan kelapa Kegiatan sehari-hari warga atau masyarakat yang tinggal di suku badui yaitu kegiatan kerajinan tangan ada kain tenun lilit, baju jamang bersulam, syal, gantungan kunci, tas kulit pohon, dan madu hutan.
            Itulah beberapa kebudayaan yang erat kaitannya dengan manusia atau masyarakat ,  tanpa adanya masyarakat , kebudayaan tidak akan berjalan . Jadi tidak akan ada kebudayaan tanpa manusia . Kebudayaan pun tidak akan berjalan tanpa adanya manusia








        Ajrin Syarafina
10512529
 1PA02


Tidak ada komentar:

Posting Komentar